Pernyataan tersebuat sangat tidak benar dan merupakan fitnah belaka. Semoga Allah memaafkan, karena dosa dari memfitnah sangat besar sekali. Terkait dengan masalah tersebut, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad menyebutkan sebagai berikut: رَأَيْتُنِي فِى الْمَنَامِ عَيْنَ اللهِ
Artinya: Aku melihat diriku dalam mimpi sebagai Allah (Ainah Kamalati Islam, hal. 564)
Hal pertama yang harus dipahami adalah bahwa peristiwa tersebut terjadi dalam mimpi. Dan dalam sejarah kerohanian manusia banyak sekali orang-orang suci yang mengalami hal yang hampir sama.
Seperti mimpi Nabi yusuf as yang mengatakan 11 bintang, bulan dan matahari bersujud kepada beliau. Dapatkah beliau dikatakan mengaku sebagai Tuhan? karena hanya kepada Tuhan saja semua boleh bersujud. Imam Abu Hanifah pernah bermimpi mengumpulkan tulung-tulang Rasulullah saw dari liang kubur, sebagian beliau senangi dan sebagian beliau buang. Dapatkan beliau dituduh berbuat dosa atau kurang ajar? Karena membongkar makam Rasulullah saw itu diharamkan, apalagi membuang tulang-tulang beliau. Bahkan Rasulullah saw sendiri pernah bermimpi mengenakan 2 gelang emas di tangannya. Dapatkan beliau dikatakan berbuat dosa, karena orang laki-laki itu diharamkan memakai perhiasan dari emas?
Peristiwa dalam mimpi tersebut harus dita’birkan. Adapun ta’bir mimpi Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad tersebut menurut beliau adalah sebagai berikut: “Kami tidak memaknakan peristiwa ini sebagaimana yang dimaknakan dalam kitab-kitab para pengikut Wahdatul-Wujud (yakni aku sendiri adalah Tuhan), dan kami tidak memaknakan hal itu seperti pendapat para Hululiyin (Tuhan menitis dalam diriku), bahkan peristiwa ini sesuai dengan Hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu Hadis Bukhari tentang penjelasan martabat hamba-hamba Allah yang shaleh yang berusaha mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa Ta’ala dengan melakukan ibadah nafal yang terjemahan selengkapnya berbunyi:
"Seorang hamba-Ku yang senantiasa berusaha mendekat kepada-Ku dengan mengerjakan ibadah nafal sehingga Aku mencintainya, apabila Aku telah mencintainya, maka Aku akan menjadi matanya yang dengannya ia melihat; Aku akan menjadi telinganya yang dengannya ia mendengar; Aku akan menjadi tangannya yang dengannya ia memegang; Aku akan menjadi kakinya yang dengannya ia berjalan; Aku akan menjadi hatinya yang dengannya ia berfikir; Aku menjadi lidahnya yang dengannya ia berbicara; jika ia memanggil-Ku Aku menjawabnya; jika ia meminta kepada-Ku Aku memberinya; Aku tiada ragu melakukan sesuatu selain mencabut nyawanya yang demikian itu karena ia benci kepada kematian itu dan Aku membenci keburukannya" (Ahmad bin Hanbal dalam Musnadnya, Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, Abu Ya’la dalam Musnadnya, Ath-Thabrani dalam Ash-Shaghir, Abu Nu’aim dalam Ath-Thib, Al-Bukhari, Muslim dalam Az-Zuhd, Ibnu Asakir dari Aisyah radhiyallahu ‘anha dan Kanzul-Ummal, Juz I/1157)
Dengan demikian mimpi melihat diri beliau sebagai Tuhan itu bukan perbuatan syirik yang diharamkan, tetapi justeru menunjukkan beliau itu seorang hamba yang dekat dengan Tuhan dan mendapatkan karunia bimbingan-Nya, sebagaimana pendapat Allamah Sayyid Abdul Ghani An-Nablusi, seorang Ulama ahli dalam ta’bir mimpi menyatakan:
مَنْ رَأَى فِى الْمَنَامِ كَأَنَّهُ صَارَ الْحَقَّ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى اِهْتَدَى إِلَى صِرَاطِ الْمُسْتَقِيمِ
Artinya: Seorang yang melihat dalam mimpi bahwa ia seolah-olah menjadi Tuhan, maka artinya ialah Allah subhanahu wa Ta’ala akan segera menyampaikannya ke jalan yang benar( Ta’birul-Anam, cetakan Mathba’ Ijazi, Kairo, hal. 90).
artinya bila direnungkan banyak sekali orang-orang suci yang mengalami hal serupa, namun karena melihatnya dengan cara pandang yang negatif maka seseorang lebih senang memfitnah dari pada memahaminya. Hati dan pikiran telah tertutupi,